Kenapa Ya, Penyandang Autisme Ngga Boleh Mengonsumsi Gluten?
Teman Sehat, kau tahu ngga, sih? Menurut data dari WHO, autisme terjadi pada 1 dari 160 anak di seluruh dunia, loh! Gejala ini juga disebut sebagai autism spectrum disorder (ASD), dikarenakan tanda-tanda dan tingkat keparahannya bervariasi pada setiap penderitanya.
Sangat penting bagi kamu, untuk meragukan gejalanya sedini mungkin. Hal ini terkait dengan metode penanganan yang akan diaplikasikan untuk penyandang autisme. Selain itu, juga diharapkan untuk mengetahui sajian kuliner yang disediakan untuk mereka. Biasanya mereka ngga disarankan mengonsumsi kuliner yang mengandung gluten atau protein yang tedapat pada gandum. Kenapa ya? Yuk, simak penjelasannya di sini!
Beberapa zat gizi yang perlu diperhatikan
Penyandang autisme mempunyai dunia yang berbeda dengan yang lainnya, termasuk sajian kuliner yang dikonsumsi. Mereka harus rela ngga mengonsumsi dua jenis protein seperti, gluten (protein dari gandum) dan kasein (protein dari susu). Mereka juga harus menjalankan diet yang disebut Diet GF-CF (Gluten-free and Casein-free). Diet ini, diyakini sanggup mendukung perbaikan gangguan pencernaan dan mengurangi tanda-tanda atau tingkah laris autisme.
Ini loh, alasannya!
Penyandang autisme mempunyai lubang-lubang kecil pada mukosa (lendir) usus, sehingga mereka mengalami kesulitan mencerna kasein dan gluten. Kedua zat gizi ini, harus diubah menjadi ukuran yang lebih kecil, supaya sanggup diserap oleh tubuh. Jika ngga sanggup diubah atau perubahannya belum sempurna, badan ngga akan sanggup menyerap zat gizi ini.
Makanan-makanan yang belum tercerna dengan sempurna, akan menyelinap melewati lubang-lubang mukosa. Di luar dinding usus, sel-sel pembuat antibodi (kekebalan tubuh) akan menangkap ‘sinyal’ bahwa kuliner yang mengandung zat gizi ini merupakan zat asing. Nah, hal inilah yang akan mengakibatkan penyandang autisme alergi terhadap makanan.
Contoh kasusnya, jikalau penyandang autisme mengonsumsi cokelat dan belum tercerna dengan sempurna, maka cokelat akan dianggap ‘musuh’ oleh sel-sel antibodi sehingga akan terbentuk zat antibodi terhadap coklat. Akibatnya, badan mereka menjadi alergi cokelat. Hal ini juga sanggup terjadi pada materi kuliner lain.
Bagaimana jikalau kedua zat gizi ini terserap?
Di dalam sistem pencernaan, usus sanggup ditembus oleh air, sehingga protein sanggup ikut teserap ke dalam badan dan terbawa melalui ajaran darah ke otak. Di dalam otak, kedua zat gizi ini, akan bersatu dengan sel saraf opioid (yang mempunyai sifat candu).
Kedua zat gizi ini, akan diubah menjadi zat yang mempunyai dampak menyerupai morfin. Zat ini akan memengaruhi sikap seseorang, persepsi dan respons mereka terhadap lingkungannya. Mengurangi konsumsi gluten dan kasein sanggup membantu mengurangi sikap yang ngga diinginkan.
Nah, Teman Sehat! Itulah beberapa isu mengenai kuliner yang harus dihindari oleh penyandang autisme. Yuk, lebih peduli dengan mereka dengan penyandang autisme! Tanpa harus memandang negatif kepada mereka, alasannya yaitu kita mempunyai hak yang sama. Yuk, bagikan isu ini ke orang terdekat kalian dan jangan lupa komen, ya!
Editor & Proofreader: Firda Shabrina, STP
Belum ada Komentar untuk "Kenapa Ya, Penyandang Autisme Ngga Boleh Mengonsumsi Gluten?"
Posting Komentar